Rumput laut, sebagai salah satu komoditas perikanan dan kelautan yang strategis, memiliki peran penting dalam perekonomian Indonesia. Dengan sumber daya alam yang melimpah dan kebijakan pemerintah yang mendukung, ekspor rumput laut Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Artikel ini akan membahas potensi ekspor rumput laut Indonesia serta strategi yang digunakan untuk meningkatkan posisi pasar global.
Potensi Ekspor Rumput Laut Indonesia
Indonesia adalah negara dengan cadangan rumput laut terbesar di dunia. Berdasarkan data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Indonesia berkontribusi sekitar 38% terhadap pasokan global. Produksi rumput laut Indonesia pada tahun 2024 tercatat mencapai 10,8 juta ton, meningkat 10,82% dibanding tahun sebelumnya. Jenis Kappaphycus alvarezii mendominasi produksi, diikuti oleh Gracilaria spp dan Eucheuma spinosum.
Dalam konteks pasar global, nilai pasar rumput laut diproyeksikan mencapai USD 9,4 miliar pada tahun 2025 dan akan meningkat menjadi USD 23,9 miliar pada tahun 2035, dengan CAGR sebesar 9,8 persen. Ini menunjukkan bahwa permintaan global terhadap rumput laut akan terus meningkat, memberikan peluang besar bagi Indonesia.
Tren Ekspor Rumput Laut Indonesia

Tren ekspor rumput laut Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan, terutama pada tahun 2023. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah ekspor rumput laut Indonesia pada tahun 2023 mencapai 251.071,5 ton, menjadi yang terbesar setidaknya dalam satu dekade terakhir. China menjadi negara tujuan utama ekspor rumput laut Indonesia pada 2023, dengan total berat mencapai 220.711,9 ton.
Meskipun jumlah ekspor meningkat, nilai Freight On Board (FOB) atau harga belinya mengalami penurunan. Pada 2023, nilai FOB ekspor rumput laut Indonesia senilai US$284,8 juta, jauh di bawah FOB 2022 yang menembus US$401 juta. Namun, nilai tersebut masih cukup tinggi jika dibandingkan dengan FOB pada 2012 hingga 2021.
Strategi yang Digunakan untuk Meningkatkan Ekspor

Untuk meningkatkan posisi pasar global, pemerintah dan pelaku bisnis melakukan berbagai strategi. Salah satunya adalah partisipasi aktif dalam konferensi internasional seperti The Third United Nations Ocean Conference (UNOC) di Nice, Prancis. Indonesia turut serta dalam side event bertajuk “Advancing Blue Industry for Sustainable Development” yang diinisiasi oleh UNIDO. Selain itu, Indonesia juga mengikuti pertemuan bilateral dengan UN Task Force on Seaweed (UNTFS) guna memperkuat kerja sama internasional dalam pengembangan komoditas rumput laut yang berkelanjutan.
Selain itu, KKP telah membangun modeling budidaya rumput laut di beberapa daerah seperti Kabupaten Wakatobi (Sulawesi Tenggara), Kabupaten Rote Ndao (NTT), dan Kabupaten Maluku Tenggara (Maluku). Strategi revitalisasi dan pengembangan bibit unggul kultur jaringan juga diterapkan untuk meningkatkan produktivitas.
Peran Holding BUMN Pangan (ID Food)
Holding BUMN Pangan (ID Food) juga berperan penting dalam meningkatkan ekspor rumput laut Indonesia. VP Perdagangan dan Logistik ID Food Ferry Fardiansyah menyatakan bahwa salah satu potential buyer yang akan melakukan kerja sama ekspor-impor rumput laut dengan ID Food adalah Jianxi Lemon Biotechnology Co. Ltd. dengan potensi penjualan sebesar 1.200 Metrix Ton (MT)/tahun.
ID Food juga aktif mengikuti berbagai eksebisi berskala internasional serta melakukan penjajakan kerja sama dengan sejumlah perusahaan Tiongkok. Hal ini dilakukan untuk mengenalkan produk rumput laut Indonesia dan menjalin kerja sama yang lebih luas.
Kesimpulan
Ekspor rumput laut Indonesia memiliki potensi besar untuk berkembang di pasar global. Dengan sumber daya alam yang melimpah, kebijakan pemerintah yang mendukung, dan strategi yang tepat, Indonesia dapat memperkuat posisinya sebagai produsen utama rumput laut dunia. Dengan adanya kolaborasi antara pemerintah dan pelaku bisnis, ekspor rumput laut Indonesia diharapkan terus meningkat dan memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional.

Tinggalkan Balasan