Indonesia, dengan kekayaan sumber daya alamnya yang melimpah, memiliki potensi besar dalam sektor perikanan. Salah satu bagian penting dari sektor ini adalah industri pengolahan seafood, yang tidak hanya berkontribusi pada perekonomian nasional tetapi juga menjadi tulang punggung ekspor produk perikanan. Dengan luas wilayah laut yang mencapai 5,8 juta km², Indonesia dikenal sebagai salah satu negara dengan keragaman hayati laut terbesar di dunia. Namun, meski memiliki potensi yang luar biasa, industri pengolahan seafood masih menghadapi berbagai tantangan yang perlu segera diatasi.
Potensi Ekonomi dan Kontribusi Industri Pengolahan Seafood
Menurut data BPS (Badan Pusat Statistik), sektor perikanan menyumbang sekitar 2,66 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Lebih lanjut, sektor ini memberikan kontribusi seperlima terhadap total PDB sektor pertanian. Pertumbuhan PDB perikanan selama satu dekade terakhir mencapai 65 persen, naik dari Rp176,15 triliun pada 2013 menjadi Rp290,58 triliun pada 2023. Angka-angka ini menunjukkan besarnya peran perikanan bagi perekonomian Indonesia, baik dalam perikanan tangkap maupun budidaya.
Di tengah tumbuhnya permintaan global akan produk seafood, industri pengolahan seafood Indonesia menjadi salah satu sektor yang menjanjikan. Nilai ekspor hasil perikanan Indonesia selama periode 2018 hingga 2022 tumbuh rata-rata 6,5 persen per tahun. Meskipun pada 2023 nilai ekspor menjadi USD5,6 miliar, turun 9,8 persen dibandingkan tahun sebelumnya, neraca perdagangan perikanan tetap surplus. Impor perikanan Indonesia pada tahun yang sama tercatat hanya sebesar USD560 juta, turun 7,3 persen dari tahun sebelumnya.
Dengan demikian, industri pengolahan seafood tidak hanya menjadi sumber pendapatan bagi nelayan dan petani budidaya, tetapi juga menjadi penggerak utama perekonomian nasional. Sejumlah perusahaan seperti PT Mega Marine Pride telah membuktikan bahwa kualitas produk seafood Indonesia dapat bersaing di pasar internasional.
Tantangan yang Dihadapi Industri Pengolahan Seafood

Meskipun potensinya besar, industri pengolahan seafood di Indonesia masih menghadapi beberapa tantangan serius:
-
Minimnya Adopsi Teknologi:
Sebagian besar pengelola usaha perikanan masih menggunakan metode tradisional, yang tentunya membatasi produktivitas mereka. Penerapan teknologi modern dalam proses produksi dapat meningkatkan efisiensi dan kualitas hasil tangkapan. Namun, adopsi teknologi ini masih rendah karena kurangnya akses dan pemahaman oleh pelaku usaha. -
Kurangnya Regenerasi Pengelola Usaha:
Penurunan jumlah rumah tangga usaha perikanan menjadi hal yang tidak bisa diabaikan. Hasil Sensus Pertanian 2023 menunjukkan adanya penurunan sebesar 6,19 persen, dari 1,98 juta rumah tangga pada 2013 menjadi 1,85 juta pada 2023. Minimnya partisipasi generasi muda dalam sektor ini menambah kerumitan masalah. Jika tidak ada upaya serius untuk mengatasi persoalan ini, maka perkembangan sektor perikanan Indonesia yang vital ini bisa terhambat. -
Struktur Demografi yang Tidak Seimbang:
Pengelola usaha perikanan masih didominasi oleh generasi tua dan laki-laki. Minimnya partisipasi perempuan dan generasi muda dalam usaha perikanan menjadi tantangan yang juga harus diatasi. Jika tidak, keberlanjutan usaha perikanan bisa terancam karena kurangnya regenerasi pengelola usaha yang mampu memanfaatkan teknologi dan inovasi dalam sektor ini. -
Ketidakmerataan Distribusi Potensi Perikanan:
Potensi perikanan di Indonesia tidak sepenuhnya dimanfaatkan secara merata. Sebagian besar pengelola usaha masih terkonsentrasi di Pulau Jawa, sedangkan daerah-daerah lain belum sepenuhnya optimal dalam memanfaatkan potensi perikanan.
Peluang dan Strategi Pengembangan

Untuk mengoptimalkan potensi industri pengolahan seafood, beberapa strategi perlu dilakukan:
-
Peningkatan Akses Teknologi dan Pelatihan:
Pemerintah perlu mendorong adopsi teknologi di kalangan pengelola usaha perikanan. Program pelatihan yang menyasar generasi muda harus digelar agar mereka mampu mengoperasikan dan memaksimalkan potensi teknologi dalam usaha perikanan. -
Pengembangan Kelembagaan dan Koperasi Nelayan:
Dukungan pembiayaan yang lebih inklusif bagi nelayan dan pembudi daya ikan harus menjadi prioritas. Dengan memperluas akses terhadap kredit mikro dan asuransi usaha perikanan, pelaku usaha dapat lebih berani mengembangkan usaha mereka dan mengurangi risiko yang dihadapi, terutama oleh pelaku skala kecil. -
Program Regenerasi yang Terpadu:
Pemerintah dapat menggagas program inkubasi bisnis perikanan yang menawarkan pelatihan teknis dan kewirausahaan, serta memberikan akses ke modal dan pasar. Kerja sama dengan lembaga pendidikan untuk memperkenalkan wirausaha berbasis perikanan juga penting untuk meningkatkan keterlibatan generasi muda. -
Penguatan Kebijakan Daerah dan Otonomi:
Pengelolaan perikanan seharusnya memperhatikan kondisi lokal, baik biofisik, ekologi, maupun sosial ekonomi. Dengan otonomi daerah yang lebih kuat, daerah dapat mengelola sumber daya perikanan sesuai dengan karakteristik wilayah masing-masing.
Kesimpulan
Industri pengolahan seafood di Indonesia memiliki potensi besar untuk berkembang, baik sebagai sumber ekonomi maupun komoditas ekspor. Namun, untuk memastikan keberlanjutan sektor ini, diperlukan langkah-langkah strategis yang melibatkan pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat. Dengan adopsi teknologi, pelatihan, dan kebijakan yang tepat, Indonesia dapat menjaga dan mengembangkan potensi perikanannya, menjadikannya salah satu pilar utama pembangunan nasional yang berkelanjutan.

Tinggalkan Balasan