Pendahuluan
Indonesia memiliki kekayaan sumber daya kelautan yang luar biasa, dengan potensi ekspor hasil laut yang sangat besar. Namun, meskipun produksi perikanan mencapai 24,74 juta ton pada tahun 2023, nilai ekspornya masih jauh di bawah target. Dalam konteks global, pasar perikanan laut diproyeksikan melonjak hingga 730,28 miliar dollar AS pada tahun 2030. Ini menunjukkan bahwa peluang ekspor hasil laut Indonesia sangat besar, tetapi masih perlu dikelola dengan strategi yang tepat.
Peluang Pasar Global

Pasar perikanan laut global menawarkan peluang yang sangat menjanjikan. Menurut data Skyquest, pasar ini akan melonjak 115,75 persen dari senilai 338,47 miliar dollar AS pada tahun 2022 menjadi 730,28 miliar dollar AS pada tahun 2030. Pertumbuhan investasi (CAGR) diperkirakan sebesar 8,92% selama periode 2023-2030. Negara-negara seperti China, India, dan Jepang menjadi pasar utama untuk komoditas seperti salmon, tuna, pollock, kepiting, udang, kerang, dan tiram.
Tantangan dalam Ekspor Hasil Laut

Meski potensi ekspor besar, Indonesia masih menghadapi beberapa tantangan. Salah satunya adalah kualitas produk. Meskipun produksi perikanan tangkap dan budidaya cukup memadai, masih banyak kendala dalam pemenuhan standar mutu ekspor. Selain itu, tata kelola sumber daya ikan perlu dibenahi untuk memenuhi standar penangkapan dan budidaya yang baik.
Selain itu, sistem penangkapan ikan yang serampangan juga menjadi masalah. Banyak nelayan menangkap semua jenis ikan tanpa memperhatikan kebutuhan pasar. Berbeda dengan negara-negara lain yang lebih terarah dalam menangkap ikan sesuai permintaan pasar.
Strategi Meningkatkan Kualitas Ekspor
Untuk meningkatkan kualitas ekspor hasil laut, pemerintah Indonesia telah merancang beberapa strategi. Salah satunya adalah penerapan kebijakan penangkapan ikan terukur berbasis kuota. Kebijakan ini bertujuan untuk memastikan bahwa hanya ikan tertentu yang ditangkap sesuai kebutuhan pasar. Namun, implementasi kebijakan ini masih menghadapi beberapa hambatan, termasuk sosialisasi yang belum optimal dan kesiapan infrastruktur yang minim.
Selain itu, pemerintah juga sedang mengembangkan sistem data ocean big data untuk meningkatkan akurasi data perikanan dan memantau pergerakan kapal serta hasil tangkapan. Sistem ini diharapkan dapat membantu pengambilan keputusan yang lebih tepat dalam pengelolaan sumber daya ikan.
Perikanan Budidaya dan Produktivitas
Di sektor perikanan budidaya, Indonesia masih menghadapi tantangan dalam penerapan cara budidaya yang baik. Contohnya, tambak udang seluas 247.803 hektar belum menerapkan cara budidaya yang baik, sehingga produktivitasnya rendah. Rata-rata produktivitas hanya 0,6 ton per hektar, jauh di bawah tingkat yang ideal yaitu 40 ton per hektar.
Untuk mengatasi hal ini, pemerintah telah membuat permodelan kawasan budidaya udang terpadu berbasis kawasan di Kebumen. Di sini, pola budidaya yang baik diterapkan, seperti pengetesan air dan instalasi pengolahan air limbah. Selain itu, pemerintah juga berencana membangun tambak udang modern di Waingapu, NTT, dengan nilai investasi Rp 7,8 triliun.
Menghadapi Tuduhan Dumping dan Subsidi
Tuduhan dumping dan subsidi produk udang Indonesia di pasar AS menjadi ancaman serius bagi industri perikanan nasional. Sekitar 80% pasar udang Indonesia diekspor ke AS. Jika tuduhan tersebut tidak bisa ditangani, Indonesia berpotensi terkena bea masuk sebesar 26-33 persen, yang akan sangat merugikan industri udang.
Untuk menghadapi ini, pemerintah telah menunjuk kuasa hukum dan berkoordinasi lintas kementerian/lembaga serta asosiasi perudangan. Langkah-langkah ini diharapkan dapat mengatasi tuduhan tersebut dan menjaga daya saing produk udang Indonesia di pasar global.
Peluang Ekspor Melalui Marketplace Rusia
Selain pasar tradisional, Indonesia juga bisa memanfaatkan peluang ekspor melalui marketplace digital Rusia. Menurut Menteri Pembangunan Ekonomi Rusia, Maxim Reshetnikov, pasar digital Rusia menarik minat banyak negara, termasuk Indonesia. Produk-produk unggulan seperti kopi, teh, rempah, dan hasil laut memiliki daya tarik tinggi di pasar internasional.
Namun, ada dua tantangan utama yang harus diatasi, yaitu logistik dan sistem pembayaran. Jika kedua aspek ini dapat diperbaiki, Indonesia bisa menjadikan marketplace Rusia sebagai jalur baru dalam memperkuat daya saing produk lokal di kancah global.
Kesimpulan
Potensi ekspor hasil laut Indonesia sangat besar, tetapi masih perlu dikelola dengan strategi yang tepat. Dengan memperbaiki kualitas produk, menerapkan kebijakan penangkapan ikan terukur, dan meningkatkan produktivitas perikanan budidaya, Indonesia dapat memenuhi standar ekspor global. Selain itu, memanfaatkan peluang ekspor melalui marketplace digital Rusia juga menjadi langkah penting dalam meningkatkan perekonomian nasional. Dengan kolaborasi antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat, potensi ekspor hasil laut Indonesia dapat dimaksimalkan secara maksimal.

Tinggalkan Balasan